top of page

Kontak Perkasa | Negara Dapat Rp 48 T dari Proyek Gas Jambaran Tiung Biru

  • Writer: PT Kontak Perkasa Futures Sudirman
    PT Kontak Perkasa Futures Sudirman
  • Sep 26, 2017
  • 2 min read

Kontak Perkasa - Kemarin, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan melakukan peletakan batu pertama Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran – Tiung Biru (JTB) yang dikembangkan PT Pertamina (Persero) di Desa Bandungrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Peletakan batu pertama ini merupakan tahapan penting yang menandai dimulainya pekerjaan konstruksi fasilitas pemrosean gas (gas processing facilities/GPF) Proyek JTB yang kapasitas produksinya mencapai 330 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Hadir dalam peresmian tersebut Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi; Bupati Bojonegoro, Suyoto; dan Direktur Utama Pertamina, Elia Massa Manik. "Diproyeksikan penerimaan negara dari proyek ini sampai kontrak selesai tahun 2035 mencapai US$ 3,61 miliar atau lebih dari Rp 48 triliun," kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, dalam keterangannya, Selasa (26/9/2017). Selain penerimaan negara, proyek ini akan memberikan efek berganda bagi perekonomian daerah maupun nasional. Misalnya, penyerapan tenaga kerja yang mencapai 6.000 orang pada masa konstruksi. Seluruh produksi gas juga akan digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Alokasi sebesar 100 MMSCFD diperuntukkan ke Pertamina, yang kemudian dialirkan ke PLN untuk kebutuhan listrik di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sementara sebesar 72 MMSCFD akan memasok kebutuhan industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Harga gas di kepala sumur US$ 6,7 per juta british thermal unit (MMBTU), tetap (flat) selama 30 tahun. Dengan biaya toll fee sebesar US$ 0,9 MMBTU, harga di pembangkit listrik PLN menjadi US$ 7,6 per MMBTU. "Ini komitmen industri hulu migas memprioritaskan konsumen dalam negeri," kata Amien. Sebagai informasi, pemakai gas pipa domestik terbesar adalah konsumen industri, yang kemudian diikuti oleh kelistrikan. Sejak 2013, alokasi domestik sudah lebih besar dari ekspor. Di 2017, kontrak gas domestik mencapai 3.855 MMSCFD, sedangkan ekspor sebesar 2.618 MMSCFD. "Hampir 60 persen produksi gas bumi digunakan oleh domestik," kata Amien, sembari menambahkan beberapa peningkatan pemakaian domestik antara lain terbangunnya fasilitas infrastruktur gas baru dan mulai berproduksinya beberapa lapangan gas baru. Dia mengatakan, total biaya investasi dan operasi proyek ini diperkirakan mencapai US$ 3,457 miliar atau sekitar Rp 46 triliun. Jumlah ini belum termasuk pembangunan pipa Gresik-Semarang sepanjang 267 kilometer dengan investasi US$ 515 juta atau sekitar Rp 7 triliun. Artinya, total proyek lebih dari Rp 50 triliun. "Dengan dukungan semua pihak, diharapkan proyek ini dapat mulai berproduksi pada awal 2021," kata Amien. Produksi gas yang dihasilkan melalui enam sumur akan diolah melalui gas processing facilities (GPF). Dari rata-rata produksi sebesar 315 MMSCFD, GPF memisahkan kandungan CO2 dan H2S, sehingga menghasilkan gas yang dapat dijual sebesar 172 MMSCFD. Untuk menyalurkan gas dari Lapangan JTB, pipa transmisi Gresik-Semarang akan dibangun oleh Pertamina Gas. Diharapkan industri berbasis gas dapat tumbuh di sepanjang pipa transmisi yang melintasi tujuh kabupaten di Jawa Timur dan Jawa Tengah tersebut.


Comentarios


bottom of page